Pengertian Pain Point dalam Bisnis dan Jenis-Jenisnya

Pain Point

Canva

Sebagai pemilik bisnis atau marketer, kamu pasti pernah menghadapi keluhan dari pelanggan, kan? Nah, keluhan-keluhan itu sebenarnya bisa dikategorikan sebagai pain point. Pain point adalah masalah atau hambatan yang dirasakan oleh pelanggan dalam pengalaman mereka dengan suatu produk atau layanan.

Kalau kamu bisa memahami pain point pelanggan, kamu akan lebih mudah menawarkan solusi yang tepat dan meningkatkan kepuasan mereka. Sebaliknya, kalau kamu nggak menyadari pain point pelanggan, bisa-bisa mereka malah berpaling ke kompetitor. 

Yuk, kita bahas lebih dalam!

Apa Itu Pain Point?

Pain point bisa diartikan sebagai masalah yang dialami pelanggan saat berinteraksi dengan bisnismu. Masalah ini bisa berupa kesulitan dalam menggunakan produk, harga yang terlalu mahal, atau layanan yang kurang memuaskan.

Mengidentifikasi pain point pelanggan sangat penting karena:

  • Membantu kamu menciptakan solusi yang lebih efektif.
  • Meningkatkan customer satisfaction dan loyalitas.
  • Mengoptimalkan strategi pemasaran agar lebih tepat sasaran.

Semakin baik kamu memahami pain point pelanggan, semakin besar peluang bisnismu untuk berkembang!

Jenis-Jenis Pain Point

Pain point bukan cuma satu jenis, lho. Ada beberapa kategori utama yang perlu kamu ketahui agar bisa menawarkan solusi yang lebih tepat.

1. Financial Pain Point

Seperti namanya, financial pain point adalah masalah pelanggan terkait biaya. Misalnya, mereka merasa harga produk atau layananmu terlalu mahal, atau mereka kesulitan menemukan opsi pembayaran yang fleksibel.

Contoh: Seorang pelanggan ingin berlangganan layanan streaming premium, tapi harga paketnya terlalu tinggi bagi mereka.

Solusi: Kamu bisa menawarkan diskon, program cicilan, atau paket hemat agar pelanggan tetap bisa menggunakan layananmu.

2. Productivity Pain Point

Pelanggan selalu mencari cara untuk menghemat waktu dan tenaga. Kalau produk atau layananmu bikin mereka ribet atau terlalu banyak langkah, ini bisa jadi productivity pain point.

Contoh: Aplikasi pesan makanan online yang proses check-out-nya terlalu panjang dan bikin pelanggan malas menyelesaikan pesanan.

Solusi: Buat alur transaksi yang lebih sederhana dan cepat, misalnya dengan fitur one-click order atau opsi penyimpanan data pembayaran.

3. Process Pain Point

Pain point jenis ini berkaitan dengan pengalaman pelanggan yang kurang mulus akibat sistem yang rumit atau tidak efisien.

Contoh: Seorang pelanggan ingin mengajukan refund, tapi harus mengisi banyak formulir dan menunggu berminggu-minggu.

Solusi: Perbaiki sistem agar lebih user-friendly, misalnya dengan kebijakan refund otomatis atau layanan customer support yang responsif.

4. Support Pain Point

Pelanggan ingin merasa didukung, terutama ketika mereka mengalami masalah. Kalau layanan customer support-mu lambat atau tidak membantu, ini bisa menjadi support pain point.

Contoh: Seorang pelanggan ingin menghubungi customer service, tapi harus menunggu lama tanpa kejelasan.

Solusi: Tingkatkan layanan pelanggan dengan chatbot, live chat 24/7, atau tim support yang lebih responsif.

Memahami pain point adalah kunci untuk meningkatkan pengalaman pelanggan dan kesuksesan bisnismu. Dengan mengenali masalah mereka lebih awal, kamu bisa menawarkan solusi yang lebih efektif, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan mengoptimalkan strategi bisnismu.

Related posts